menubar

Feb 27, 2012

[Empress Orchid] Wanita yang Mendominasi Pria

Judul        : Empress Orchid
Penulis     : Anchee Min
Penerbit   : Hikmah
Halaman   : 620 halaman

Mengapa mataku gagal menemukan kesenangan yang penuh dengan harta benda ini? Pelayan-pelayanku mendandaniku dengan sehelai jubah cantik berwarna aprikot, yang dihiasi taburan bunga plum – gaun yang sudah kukenakan ribuan kali dalam mimpi. Aku berjalan ke muka meja rias, dan melihat kecantikan tiada tara. Pada rambutku ada jenpit berbentuk capung yang dihiasi dengan batu rubi, safir, mutiara, turmalin, mata kucing dab bulu-bulu burung pekakak. Aku berputar, mengamati perlengkapan kamar, panel-panel mozaiknya yang penuh dengan batu mulia dan hasil panen yang berlimpah. Di sebelah kiriku ada lemari berlaci dari kayu cendana merah yang dihiasi giok dan batu-batu mulia, di kanan sebuah meja cuci muka dari kayu mawar yang dilapisi indung mutiara. Di belakangku terdapat sekat-sekat tempat tidur dari lukisan antik yang paling berharga.

Hatiku menjerit. Apa lagi yang masih, bisa dan berani kau inginkan, Anggrek?

***
Sebuah perjalanan hidup gadis Manchu dari klan Yehonala di abad 19 hingga dia menjadi seorang Maharani, penguasa wanita yang mendominasi kaum pria. Anggrek melakukan perjalanan dari Wuhu ke Peking untuk menguburkan jenazah ayahnya, seorang mantan Gubernur Wuhu. Bersama ibu, adik lelaki dan adik perempuannya berjuang dengan harta terakhir peninggalan sang ayah. Nasib mengubah kehidupan Anggrek setelah dia terpilih menjadi salah satu dari enam selir resmi Kaisar Hsien Feng selain 3000 selir lainnya. 

Menjalani kehidupan selir sungguh berat. Anggrek menanti sang kaisar dalam ketidak pastian. Anggrek harus bersaing dengan 3000 wanita lainnya untuk mendapatkan perhatian sang putra surga dan berharap mendapatkan benih naga di rahimnya.  Banyak cara dilakukan Anggrek, dari belajar cara memuaskan kaisar hingga menyuap kasim untuk mengatur kunjungan kaisar. 

Segera saja Anggrek menjadi kesayangan kaisar dan melahirkan putra sekaligus satu-satunya, Tung Chih, yang kemudian menjadi pengganti kaisar Hsien Feng. Sementara itu, di luar tembok istana, China sedang mengalami berbagai krisis. Dari mulai pemberontakan Taiping hingga penjajahan negeri Barat. Kondisi ini membuat kaisar Hsien Feng tertekan dan perlahan-lahan menyerah pada sakitnya akibat beban yang tak tertahankan hingga meninggal di usia tiga puluh tahun. 

Anggrek berusaha hidup demi putranya. Dalam tekanan berbagai pihak, Anggrek tetap kuat meski sisi kewanitaannya terkadang membuatnya hampir menyerah pada nasib. Anggrek mendalami ilmu pemerintahan sebelum kaisar wafat, dan tetap memegang kendali pemerintahan dinasti Ch’ing dari balik tirai atas nama Tung Chih.
***

Dalam sejarah, Anggrek atau Ci Xi diceritakan sebagai wanita yang penuh ambisi, kejam, haus kekuasaan dan menjadi penyebab utama runtuhnya dinasti Ch’ing. Ci Xi mendapat kekuasaan lewat rayuan dan pembunuhan. Membaca novel ini, saya disuguhkan sebuah sudut pandang berbeda tentang Maharani Anggrek. Ci Xi, seorang wanita cerdas yang hanya berusaha bertahan hidup di lingkungan Kota Terlarang yang keras, penuh intrik politik dan perebutan kekuasaan demi keluarga dan putranya. 

Anchee Min mampu memaparkan secara detil setiap sudut Kota Terlarang. Dari ornamen istana, bebungaan yang memenuhi taman, hingga detil gaun yang dikenakan penghuni istana setiap harinya.

Saya bisa merasakan emosi Ci Xi dalam ketakutannya, kesendiriannya, kegalauannya, keputus asaannya hingga kesedihannya. Pun merasakan kekuatan dan semangatnya untuk bangkit dari keterpurukan. Semua tergambarkan dengan jelas hingga saya terhanyut oleh perasaan Ci Xi. 

Novel ini hanya menceritakan kisah Ci Xi ketika memasuki istana hingga meninggalnya sang Kaisar. Novel ini belum menceritakan kehidupannya saat memerintah China.

Meski terjemahan, novel ini dapat dengan mudah dipahami dan diikuti alurnya namun ada beberapa puisi terjemahan yang menurut saya kurang pas dan tidak mengena. Secara umum, saya suka novel ini, cocok bagi penyuka sejarah yang dibalut fiksi.

Rate: 4/5

Feb 13, 2012

Dompet Koin Flanel - Kelinci

Dompet ini saya buat di sela-sela kesibukan kerja, kuliah, dan persiapan skripsi. Proses pembuatannya sama dengan dompet flanel sebelumnya yaitu panda dan singa. Hanya disesuaikan saja dengan bentuk kepala kelinci. :D

Ini polanya

Ini tampak dari depan

Ini penampakan belakang

Feb 6, 2012

Pohon Harapan sebagai Buku Tamu Pernikahan

Dalam setiap acara pernikahan, biasanya terdapat buku tamu. Buku sebagai tanda hadir dalam sebuah pernikahan. Buku tamu sering dihias indah, karena pernikahan itu memang indah, kecuali menikah karena dipaksa keadaaan. :D


Pada pernikahan saya bulan November kemarin, tidak ada buku tamu di meja penerima tamu. Saya sengaja menghilangkan bagian itu karena buku tamu itu sudah biasa. Saya memasang sebuah pohon, ranting lebih tepatnya. Seperti dalam kepercayaan Tionghoa, harapan yang digantung di pohon mei hwa menjelang tahun baru akan terkabul di tahun berikutnya. Tapi ini bukan pohon mei hwa dan ini juga bukan tahun baru China. Ini hanya sebuah pernikahan saja dan saya hanya mengadaptasi pohon harapannya.


Saya berharap, banyaknya doa dan harapan baik dari tamu undangan akan menjadikan pernikahan kami semakin berkah, langgeng dan bahagia.

Pohon ini saya buat sendiri loh. #cap stempel 'sombong' di jidat#. Hahahaaa....
Rencana awal akan memotong pohon turi di sebelah rumah, karena bentuk pohonnya bagus, rantingnya sempurna seperti harapan saya. Namun keesokan hari, ada dahan tumbang. Dahan itu dari pohon johar yang memang banyak di depan rumah. Senangnya. Allah Memang Maha Memberi. Daripada nebang pohon dan merepotkan orang lain, akhirnya saya pakai pohon johar yang tumbang itu meski tidak sesempurna bayangan sebelumnya. Tidak semua dahan saya pakai, hanya sebagian kecil saja. Agar terlihat lebih cantik, ranting-ranting itu saya cat dengan warna putih. Lumayan repot juga sih. Tapi puas dengan hasilnya. :D

Feb 3, 2012

Sepenggal Perjalanan Hidup Danie

Ternyata sudah tiga tahun lebih saya menjalani rutinitas bekerja sambil kuliah. Sebentar lagi bikin skripsi. Skripsi selesai, dinyatakan lulus, lanjut wisuda. Indah sekali. ^^,

Tapi bekerja sambil kuliah itu sungguh tidak mudah. Saya harus pandai mengatur jadwal. Jadwal kuliah dan kerja tidak boleh bertabrakan. Kadang saya harus mengorbankan kuliah jika memang pekerjaan tidak bisa ditunda. Saya harus menunaikan kewajiban. Bekerja pada orang lain. Saya juga harus bena-benar menjaga stamina tubuh. Disaat orang lain instirahat setelah bekerja seharian, saya masih harus tetap kuliah di malam harinya. Dan itu setiap hari dari Senin hingga Jumat. Terkadang ada rasa malas. Tapi saya harus tetap semangat. Jika sedang banyak tugas, tak jarang saya begadang untuk menyelesaikannya. Ini konsekuensi dari pilihan yang saya ambil. Namun, godaan terberat bagi saya adalah cuaca. Saya paling tidak tahan air hujan. Tapi saya harus bersemangat menyelesaikan kuliah.

Iya, saya memang tidak mempunyai kesempatan seperti orang lain kebanyakan. Kesempatan untuk meneruskan kuliah setelah menamatkan sekolan menengah atas. Kesempatan memperoleh gelar sarjana. Tapi saya tidak bersedih dan juga tidak menyesal. Manusia punya jalannya masing-masing. Ikuti dulu arus kehidupan jika kita tak punya kuasa untuk melawannya. Namun, tak boleh selamanya hanya pasrah. Suatu hari, harus ada keinginan untuk mengubah nasib.

Saya menamatkan pendidikan SMA tahun 2003. Saya sempat merasakan jadi anak kuliahan selama setahun. Pergi ke kampus pagi hari, bersosialisasi dengan mahasiswa lain, pulang sore, jalan-jalan. Ya seperti itulah. Kemudian, secara tiba-tiba, saya memutuskan untuk bekerja saja. Dan dengan berat hati, ibu memberi ijin. Dan saya terbang ke Batam. Jauh kan? Dari Semarang ke Batam di usia 20 lewat 3 bulan.

Batam sedikit banyak memberi perubahan dalam hidup saya. Saya dituntut mandiri. Benar-benar mandiri. Tidak ada yang bisa diandalkan di sini. Saya harus bisa menyelesaikan semuanya sendiri, atau hanya akan menambah beban orang tua jika saya sering mengeluh. Saya harus kuat di perantauan.

Alhamdulillah, Batam tidak sekejam dan sesuram penggambaran media. Saya bekerja di perusahaan yang cukup keren waktu itu meski berawal sebagai operator produksi. Ini kali pertama saya bekerja. Saya harus kuat. Tiga bulan setelah bergabung di perusahaan itu, saya mendapat kesempatan lebih baik. Saya tidak lagi menjadi operator produksi tetapi saya bergabung di divisi Finance & Accounting. Dari sanalah pengalaman dan ilmu saya dapatkan, termasuk perubahan cara berpikir dan memandang hidup. 

Batam memberi banyak hal untuk saya. Dari pulau ini juga, doa keinginan saya satu-persatu terwujud. Sejak dulu, saya ingin melangkahkan kaki ke luar negeri bukan sebagai TKW tetapi turis. Ketika saya tiba di Singapura untuk pertama kali, ada rasa senang dan bahagia, sulit diungkapkan dengan kalimat. Akhirnya saya keluar negeri sebagai turis. Hooreeee.... :D. Norak sih, tapi tak apalah.

Di Batam, saya juga mendapatkan kesempatan belajar pajak. Semua biaya ditanggung perusahaan. Lagi-lagi saya bersyukur. Sampai saat ini, saya pun belum menemukan alasan kenapa Bapak manager memilih saya bukan staff lain yang jauh lebih senior. Mungkin ini takdir saya atau mungkin keberuntungan saya? Ya apapun itu, saya berterima kasih kepada Allah atas kehidupan yang indah ini.

Cinta? Haahhaa... ada banyak cinta datang dan pergi selama saya di Batam. Berapa ya? Em...emm...kasih tau nggak ya? Dan saya tidak berjodoh dengan salah satu dari mereka. Karena saya justru menemukan suami di kampung halaman, Semarang.

Sahabat juga turut serta menguatkan saya ketika dalam kondisi jatuh. Saya menemukan banyak orang baik di pulau ini. Manisnya hidup.

Hidup yang saya jalani di Batam memang tidak sepenuhnya mulus. Ada saatnya saya jatuh, terluka dan menangis. Tetapi saya mampu melewati semua itu. Cobaan membuat saya lebih kuat. Membuat saya lebih dewasa. Dan membuat saya lebih mensyukuri nikmat Allah.

Setelah tiga tahun di Batam, saya memutuskan pulang ke Semarang untuk kuliah lagi. Melanjutkan keinginan yang sempat tertunda. Dan inilah saya sekarang. Bersiap-siap membuat folder keramat bernama skripsi.

Life can be fun, if you really want to.