menubar

Mar 4, 2012

A Child Called "It' - Kisah Menyayat Hati

Judul           : A Child Called "It"
Penulis        : Dave Pelzer
Penerbit      : Gramedia Pustaka Utama
Halaman      : 168 halaman





















Semangat hidupku menjadi sedemikian rendah, sampai sampai aku berharap Ibu benar-benar membunuhku, dan kupikir pada akhirnya itu akan ia lakukan juga. Menurut perkiraanku semua itu sekadar menunggu saat kapan ia mau melakukannya. Maka aku pun mulai sengaja bertingkah yang membuatnya marah, dengan harapan ia akan terpancing untuk segera mengakhiri kesengsaraanku.

  
A Child Called “It” diangkat dari kisah nyata seorang anak kecil, Dave Pelzer, yang menjadi korban kekerasan sang Ibu. Ibu kandung yang tega menganiaya secara fisik dan mental untuk alasan apapun yang tidak masuk akal. Dave berjuang untuk mempertahankan hidupnya, untuk tidak menyerah pada keadaan. Perjuangan Dave sungguh luar biasa. Kekerasan demi kekerasan, penyiksaan demi penyiksaan dihadapi Dave setiap hari. Pukulan dan tendangan sudah biasa dia terima. Kekurangan makan, makan dari memungut sampah, makan sisa makanan anjing sampai tidak diberi makan selama sepuluh hari pun pernah Dave alami. Bahkan Dave pernah dipaksa meminum cairan amonia, cairan pencuci sabun dan memakan kotoran adiknya sendiri. Dave menjalani ”hukuman” didalam ruangan penuh asap hasil campuran amonia dan chloroc. Tetapi mengapa hanya Dave sendiri yang menerima semua itu, bukan keempat saudaranya? Hingga puncaknya sang ibu menyebutnya “it” sesuatu. Keberadaannya hanyalah “sesuatu”, tidak lebih dari itu.

Saya muak. Bukan, saya bukan muak pada buku ini. Saya muak pada Roerva, ibu kandung Dave. Namun saya lebih muak kepada ayah yang tidak punya cukup kuasa (mungkin juga tidak peduli) dan lebih memilih melarikan diri daripada menyelamatkan keluarga. I don’t wanna live in this planet anymore. Kenapa ada manusia-manusia seperti itu.

Ketika membaca beberapa halaman awal buku ini, sebenarnya saya ingin segera menghentikannya. Saya menangis. Saya benar-benar tidak sanggup membayangkannya. Sungguh, saya diajak untuk merasakan kesakitan, kesendirian, ketidakberadayaan, kekalahan, amarah Dave. Kekerasan dan penyiksaan yang dialami Dave, dijelaskan dengan alur yang mudah dipahami. Namun, saya harus tetap melanjutkan membaca. Penyiksaan itu menjadi lebih parah, dan lebih menyayat hati. Saya kembali menangis.

Membaca buku ini saya menjadi lebih bersyukur telah dilahirkan di keluarga yang bahagia, penuh cinta kasih. Saya tidak mungkin sanggup menjalani hidup seperti Dave. Kekuatan dan semangatnya benar-benar inspirasi bagi banyak manusia.

Namun ada satu hal yang masih mengganjal. Dave Pelzer tidak menceritakan alasan sang ibu berubah dari wanita lembut penuh kasih sayang menjadi wanita kejam tak berperikemanusiaan.

Rate : 4/5 
***
Perjuangan fisik mempertahankan kelangsungan hidup memang penting, tetapi yang lebih penting dan bermakna lagi adalah mempertahankan semangat agar tetap hidup.


2 comments:

  1. Ya ampun, miris banget baca nasibnya Dave ini :( Dijelasin jg ga Dan kenapa cuma dia yg diperlakukan spt itu sama Ibunya?
    Haduh, aku gak bakalan kuat deh baca buku ini sampe habis, bisa kepikiran sampe dibawa tidur *peluk Alif* :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asli, bikin mewek terus.

      Mungkin perubahan sikap ibunya dijelasin di buku kedua atau ketiga, tapi aku belum baca.

      Delete

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)