menubar

Apr 28, 2012

Robinson Crusoe, Kisah Mengagumkan Sang Petualang

Judul           : Robinson Crusoe
Penulis        : Daniel Defoe
Penerbit      : Bentang Pustaka
Halaman      : 386 Halaman
















Yang pertama kulakukan adalah melihat-lihat dulu tempat itu dari dekat dan mencari tempat untuk mendirikan rumah. Aku tak tau dimana aku berada. Juga tak tau apakah ini sebuah pulau atau benua, apakah berpenghuni atau kosong.

Robinson Crusoe, seorang pemuda yang berasal dari keluarga kaya berkebangsaan Inggris. Ayahnya seorang pedagang yang sukses dan berharap sang anak menjadi seorang ahli hukum kelak. Namun bukan impian seorang Robinson untuk hidup nyaman dengan hartanya, ia lebih memilih menjadi seorang pelaut. Crusoe kabur dari rumah hanya untuk menemui bencana. Kapal yang dibajak, menjadi budak, hingga kapal yang karam dihantam badai.

Sampai pada akhirnya Crusoe terdampar di sebuah pulau terpencil tak berpenghuni. Di pulau tersebut, dia mempelajari semuanya dari awal dengan peralatan seadanya. Peralatan itu dia dapatkan dari kapalnya yang hampir karam tak jauh dari pulau itu. Dari mulai membuat rumah, perkakas dapur, menumbuhkan padi dan gandum, membuat kapal, menjinakkan binatang hingga beternak. Robinson melanjutkan hidup dan belajar dengan keterbatasan. Tak ada teknologi dan komunikasi dengan sesama manusia. Sempat ia menyalahkan takdir dan menyesal, namun itu tidak melunturkan semangat hidupnya. Dalam kesendiriannya, Crusoe justru menjadi lebih dekat dengan Tuhan, lebih mensyukuri hidup dengan segala sesuatu yang dimilikinya. 

Crusoe memutuskan kembali berlayar ke Inggris setelah menghuni pulau itu selama 28 tahun 2 bulan dan 19 hari. Bukan waktu yang singkat. Bagaimana dia bisa kembali ke Inggris? Dan bagaimana kehidupannya setelah sekian lama tidak bersosialisasi dengan manusia? Silahkan baca ya.

Saya suka buku sejenis ini, sebuah novel petualangan. Hampir sebagian besar cerita ini berseting di pulau terpencil itu. Daniel Defoe menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga saya seperti membaca sebuah diary seoarang petualang. Sangat detil dalam menjelaskan perasaan dan pekerjaan yang dilakukan. Jujur saja, novel ini membosankan pada awalnya. Namun menjadi seru setelah Crusoe terdampar dan petualangan yang sebenarnya dimulai. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1719 dan mengambil latar waktu tahun 1651 sampai 1687. Novel yang terasa klasik namun masih bisa dinikmati di abad 21 sekarang ini.

Rate 3/5

Apr 19, 2012

Pengalaman Bekam Pertama Kali

Saya sudah bosan berobat dan minum obat. Dan akhirnya saya memutuskan untuk mencoba pengobatan alternatif yaitu bekam. Kalau melihatnya, ngeri banget. Darah dikeluarkan melalui kulit pasti sakit. Tapi niat sudah bulat, tekad sudah membara, pantang untuk mundur. Yang selalu ngasih info banyak tentang bekam ya itu Pepeng Escoret lewat milis loenpia dan tulisan di blognya.

Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit berfungsi untuk membuang darah yang telah rusak atau teroksidasi karena tingginya oksidan dalam tubuh (dari wikipedia).
Poto saya pinjem dari escoret

Hari Senin kemarin saya mendatangi klinik bekam di daerah Plewan 2, nggak jauh dari Masjid Agung Jateng. Hari itu saya memang teramat capek setelah tiga hari berturut-turut melakukan aktivitas di luar kebiasaan. Pulang dari Jepara, istirahat sebentar, malamnya bekam.

Yang dirasakan saat pertama kali bekam? Sakiiiiiiiittttttt. Pas pertama kali alat bekam nempel dikulit trus disedot, kulit rasanya kayak diteot tapi lama. Teot itu bahasa Jawa untuk kata cubit, tapi cubitan besar. Saya menyebutnya begitu. Pas kulit dilukai dengan jarum, nggak begitu saikit sih. Rasanya kayak digigit semut, tapi semutnya rombongan. Pas, darahnya dikeluarin, rasanya nggak sakit. Begitu tubuh sudah membiasakan diri dengan kondisi, nggak sakit lagi.

Sebelum bekam, saya ditanya dulu tentang sakit yang dirasakan. Keluhan saya migren, alergi, dan kaki kiri sakit kalau lagi sholat. Ada dua titik bekam di leher, katanya untuk mengobati migrennya. Di tubuh bagian belakang dilakukan tujuh titik pembekaman. Dan tiga titik di kaki kiri saya. Darah yang paling banyak dan agak hitam keluar dari titik pembekaman bagian pinggang dan kaki.

Malamya, tidur pulas banget. Nggak pakai mimpi, ngelindur, dan nglilir. Pagi harinya badan lebih enteng. Migren juga ilang loh. Alhamdulillah. Tapi alerginya belum sembuh. Tiap hari masih bentol-bentol kayak abis kena bulu ulat. Dua minggu lagi, mau kembali ke sana untuk terapi selanjutnya. Semoga tubuh ini jadi lebih sehat, penyakit pergi dan alergi nggak balik lagi. Dan satu lagi, semoga bisa berpisah selamanya dengan obat dan jamu.