menubar

Sep 17, 2013

Sailor Moon Flanel 20 cm

Minggu lalu ada pesanan sailor moon. Tinggi boneka flanel yang saya buat biasanya hanya sekitar 13 cm an. Nah, kali ini customer minta dibuatin agak gedean dikit, jadi 20-an cm. Seminggu kemudian, jadilah si sailor moon ini. Waktu ditunjukkin fotonya ke customer, dia bilang imut. Kemarin sailor moon sudah terbang ke Jakarta. Semoga hari ini sampai dengan selamat, nggak pakai nyasar, muter-muter apalagi mampir dulu ke mall cari diskonan.
 

 

Sailor moon

Yang ini background fotonya kok enggak banget ya, nangkring di atas dispenser. Xixixiiiiii.....

Sep 16, 2013

Sailor Moon and Friends Flanel

Sebenarnya bikin kelima boneka ini sudah lama, kira-kira sebulan sebelum Fio lahir. Sekarang Fio sudah berumur hampir tujuh bulan, berarti sailormoon n friends saya buat delapan bulan yang lalu. Kayaknya basi banget ya baru di post sekarang. Tapi tak mengapalah, saya kan sibuk. :D Sibuk dengan Fio dan sibuk dengan pekerjaan di perusahaan yang baru. Heheheee... saya kembali bekerja dan flanel saya kembali terbengkalai sepertinya. Langsung aja deh dilihat sailor moon, sailor mercury, sailor mars, sailor jupiter dan sailor venusnya. Kalau ada yang tertarik boleh kok pesen.


Pretty Soldier
 

Sailor Moon


Sailor Mercury

Sailor Mars

Sailor Jupiter
 
Sailor Venus

Sep 9, 2013

Kilas Balik Proses Kelahiran Fio

Beberapa hari yang lalu ada bertanya “Melahirkan sakit nggak sih mbak?”. Hmmm... bagaimana menjawabnya. Kalau saya jawab sakit, ntar dia takut. Kalau dijawab enggak sakit, saya bohong dong. Rasa melahirkan itu rrruaarrr biasaaaa, cetar membahana deh.

Sabtu 23 Februari pukul 02.00 dini hari, perut sudah mulai mules-mules. Frekuensinya belum seberapa tapi cukup membuat nggak bisa tidur. Akhirnya bangunin suami buat ke Rumah bersalinnya. Setelah diperiksa, ternyata belum ada pembukaan. Saya baru tau, dicek ada tidaknya pembukaan ternyata sakit juga.

Pagi hari, suami tetap berangka kerja. Hanya saja dia berpesan untuk selalu kasih kabar. Kira-kira pukul 10.00 pagi keluar bercak berwarna merah jambu, lumayan banyak sih. Ibu mengantar saya untuk periksa lagi. Ternyata belum juga ada pembukaan. Mulesnya sih tetep. Meskipun masih datang dan pergi begitu saja.

Pukul 11.00, mulesnya sudah berasa banget tapi pas diperiksa masih pembukaan satu. Astagfirullah, sakit minta ampun. Lama bener proses bukaannya. Saya hanya berbaring di ruang bersalin, menahan sakit tapi masih bisa sms-an loh. Sahabat saya yang sudah pernah melahirkan hanya bilang “selama masih bisa senyum apalagi tertawa, berarti lahirnya masih lama, kalau udah nggak bisa senyum, nah itu saatnya tiba”. Ah, masak iya sih, pikir saya. Siang sampai sore itu rasanya lamaaaaaaaa banget. Sudah tidak ada selera makan dan selera apapun. Yang ada di hati hanya, semoga Allah membantu saya, lahirnya normal, lancar, ibu dan bayi sehat semua.

Hari itu, suami pulang kerja lebih cepat, hanya bekerja setengah hari saja. Ya iya lah, kan istrinya mau melahirkan. Sekitar pukul 18.00, maghrib tiba, mulesnya makin sering. Namun hasil pemeriksaan masih pembukaan empat. Aihhh... lama sekali. Mungkin karena saya kurang berolahraga dan memang saya tidak tahan sakit. Tapi masih bisa senyum membaca sms teman.

Pukul 21.00 pembukaan bertambah menjadi enam. Ditanya sakitnya, wow... menakjubkan. Sejak maghrib hingga saat melahirkan, suami dan ibu bergantian mengelus pinggang untuk mengurangi rasa sakit. Sempat saya meminta Allah untuk melepas pinggang ini sementara, setelah nggak sakit boleh dipasang lagi. :P Permintaan yang aneh. Saya mulai tidak mau membalas sms, males ngobrol. Yang keluar dari mulut hanya “Bu, sakit”. Ibu menyarankan untuk istighfar lebih banyak. Terus, terus dan terus istighfar.

Tepat tengah malam pukul 00.00 frekuensi sakit sudah teratur dan sering. Sepertinya ada yang mendorong ingin keluar dari rahim, rasanya seperti mau buang air tapi nggak bisa ditahan. Saat bu bidan kembali memeriksa, dia berkata “sudah saatnya”, dan sang asisten menyiapkan segala keperluan. Tiga kali ngeden, bayi kami lahir. Tangisannya cetar membahana badai banget. Ada rasa tidak percaya kalau saya sudah melahirkan. Bahagia banget. Alhamdulillah semuanya normal dan sehat. Bayi kami lahir pukul 00.15 hari Minggu 24 Februari 2013. Seketika itu juga sakitnya hilang. Ajaib ya. Tapi perjuangan belum selesai, bidan masih harus mengeluarkan ari-ari dan menjahit “jalan keluar” bayi. Nah, bagian jahit menjahitnya agak serem juga. Meskipun di bius, tetap saja ada rasa sakitnya. Namun, rasa sakit itu sebanding dengan kebahagiaan yang saya rasakan. Jumlah jahitan? Pokoknya banyak. Total sakit yang saya rasakan itu 22 jam lamanya :D . Proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dilakukan segera setelah bayi di bersihkan, di ruangan bersalin itu juga.

Setelah proses yang panjang, saya dipindahkan ke kamar perawatan. Pertama yang saya tanyakan ke ibu ketika si kecil diletakkan di sebelah saya “Bu, dia punya anus?”. Hal itu yang sering ada di benak saya sejak pertama kali hamil. Mungkin efek kebanyakan liat berita di TV. Semua kekhawatiran saya hilang mengetahui bayi kami normal dan sehat. Alasan saya memilih melahirkan di bidan (bukan Rumah Sakit), saya takut bayi tertukar atau di ambil suster abal-abal. Agak sedikit parno karena ketika hamil, dua atau tiga kali saya lihat berita bayi hilang di Rumah Sakit. Saya tidak berani membayangkan jika itu menimpa saya. Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkk....

Saya jadi makin sayang sama ibu setelah merasakan sakitnya melahirkan. Dulu sayang juga sih, tapi sekarang bertambah banyak. Terimakasih bu, sudah membawa saya ke dunia dan melimpahi kasih sayang tak terhingga. Terimakasih nak, sudah menambah kebahagiaan dan memberi semangat. Terimakasih juga untuk semua keluarga, teman dan sahabat yang sudah memberikan doanya.


Punya anak lagi? Nanti dulu deh. Mungkin tiga, empat atau lima tahun lagi.

Lovely Couple Flanel

Ini pesanan seseorang di Karawang. Sudah lama sih, tapi baru di pamerin sekarang. Pemesan minta dibuatin berdasarkan foto. Tingginya sekitar 13 cm. Si cewek pakai gaun putih dan cowoknya pakai kemeja putih dengan celana hitam. Dapet bonus tulisan nama dan tanggal. Sepertinya itu tanggal mereka jadian deh. What a lovely couple. Semoga langgeng ya.... :D
 
 
Lovely couple

Sep 2, 2013

Pelangi, Lagu Favorit Fio

Sejak Fio lahir, saya suka bersenandung untuknya. Saya menyanyikan semua lagu anak-anak yang bisa saya ingat. Balonku, Kapal Api, Aku Anak Gembala, Pelangi, Burung Hantu, Satu-Satu Sayang Ibu, Abang Tukang Bakso, dan masih banyak lagi. Terkadang saya juga menyanyikan lagu Iwak Peyek. Heheee... yang ini buat selingan. Fio suka bagian hohohohooooo-nya. Pernah saya memperdengarkan lagu-lagu melalui mp3 player. Respon Fio? Diam dan biasa saja. Biar fals, yang penting ibunya yang bernyanyi, Fio suka.

Umur dua bulan, Fio mulai ikut bersenandung. Meski hanya keluar kata hahuhhahuhhh...hoooohoo. Tapi saya tau Fio mengikuti alunan suara saya. Jika saya berhenti bernyanyi, Fio pun tak bersuara lagi. Xixixiii... lucu. Dan saya bernyanyi lagi. Fio kembali bersenandung. Begitulah sore kami lalui, bersenandung sambil berjalan-jalan di sekitar rumah.
 
Umur tiga bulan, Fio mulai memiliki lagu favoritnya sendiri. Lagu yang paling dia sukai adalah lagu Pelangi.
 
Pelangi-pelangi, alangkah indahmu
Merah kuning hijau dilangit yang biru
Pelukismu agung, siapa gerangan?
Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan
 
Jika saya menyanyikan lagu itu, Fio ikut bersenandung. Saya menyanyikan lagu lain, Fio diam saja. Fio selalu rewel jika mengantuk, maka bergemalah lagu Pelangi dan Fio menjadi tenang. Lagu Pelangi bisa menjadi senjata kapanpun Fio ngambek atau rewel. Dan lagu Pelangi selalu menjadi lagu pengantar tidur buat Fio.
 
Sampai umur enam bulan (sekarang), lagu Pelangi tetap ada di chart pertama tangga lagu favorit Fio. :D

Tentang Baby Diapers

Sehari setelah Fio sampai di rumah dari tempat bersalin, langsung deh berkenalan dengan baby's diaper. Atau bahasa umumnya pampers, meskipun pampers itu merk dan Fio tidak menggunakan merk tersebut. Saya, suami dan ibu satu aliran, satu paham dan satu perguruan. Jadi tidak ada masalah dengan pemakaian diaper. Fio memakai diaper selama 24 jam setiap hari.
 
Ada beberapa pihak yang menentang pemakaian diaper. Ada yang bilang “kasihan, bayi pakai pampers” atau “ntar jalannya ngangkang” atau “ntar kalo jalan kayak bebek” atau “apa nggak boros pake pampers?”. Saya hanya tersenyum dan berkata dalam hati “Halah, alasane rak masuk akal ogh.” Bukannya saya tidak menghargai, tapi saya juga punya alasan menentang pendapat mereka.
 
Bayi kasihan pakai pampers, kata orang. Kata saya, bayi akan lebih kasihan jika tidurnya terganggu kalau popoknya basah gara-gara ompol. Padahal waktu bayi lebih banyak dihabiskan dengan tidur. Kasihan kan kalau sebentar-sebentar menangis karena mengompol? Manusia dewasa saja suka uring-uringan kalau tidurnya tidak berkualitas, apalagi bayi. Diaper sekarang didesain aman dan nyaman untuk bayi. Tiap perusahaan pembuat diaper pasti punya tim ahli untuk pengembangan produk. Masukan dari para konsumen jadi prioritas utama. Jadi alasan kasihan itu nggak masuk akal bagi saya. Orang tua harus pandai-pandai memilih diaper yang nyaman buat buah hati.
 
Pakai diaper, kalau jalan, nanti ngangkang atau seperti bebek kata orang. Ngakak dulu ah. Heheheeee.... Kata saya, kata siapa pakai diaper mempengaruhi cara berjalan? Tuh, jutaan manusia di dunia memakai diaper ketika masih bayi. Apa iya jutaan manusia itu berjalan seperti bebek semua? Nggak kan? Cara berjalan mereka juga bagus. Seandainya penelitian merumuskan diaper membuat cara berjalan manusia tidak normal, pasti perusahaan pembuat diaper akan gulung tikar. Nggak hanya tikar yang digulung, karpetnya pasti sekalian digulung. Teman-teman dan keluarga saya yang bayinya memakai diaper “normal” kok cara jalannya. Jadi alasan diaper berhubungan dengan cara berjalan bayi kelak, menurut saya juga tidak masuk akal.
 
Pakai pampers itu boros. Emmm... kalau yang ini relatif sih. Pemakaian diaper sehari itu minimal 3 buah. Dan Fio bisa memakai lebih dari 3 dalam waktu sehari. Jika dikalkulasi dalam sebulan, bisa untuk beli celana atau popok beberapa lusin. Popok atau celana bisa dipakai lagi, lagi dan lagi. Sedangkan diaper hanya sekali pakai. Sekarang ada sih diaper yang bisa dicuci, tapi saya belum pernah mencobanya. Boros, bagi saya nggak masalah. Saya tidak bermaksud sombong loh. Tiap hari bekerja mengumpulkan uang juga demi anak. Untuk kebutuhan anak, tidak ada kata boros selama saya (dan suami) bisa mencukupi.
 
Alasan lain kenapa Fio memakai diaper adalah kenyamanan ibu saya. Bayi itu kan ngompol tanpa kontrol. Bisa saja ngompol saat di gendong, saat di tempat tidur, saat berada di ayunan, kapan saja dan dimana saja. Kalau ngompol saat digendong, baju yang menggendong pun akan ikut basah. Jika saatnya sholat tiba, pun harus ganti baju dulu. Nah, kalau ngompol di gendongan 5 kali, maka 5 kali pula ganti baju. Cucian bakal bergunung-gunung tuh. Diaper itu bisa menghemat cucian. :D
 
Jadi, bagaimana menurut teman-teman tentang pemakaian baby diaper?